
sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Ikan patin ini
merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki peluang ekonomi untuk
dibudidayakan. Budidaya ikan Patin masih perlu diperluas lagi, karena
pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang. Ikan patin
seperti halnya ikan lele tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri
yang tajam di bagian siripnya keduanya tergolong dalam kelompok catfish.
Ada yang menyebut ikan patin dengan Lele Bangkok. Di beberapa daerah
ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan
Juara, Lancang dan Sodarin. Rasa daging ikan patin yang enak dan gurih
konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin
memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam
dagingnya.
Teknik
budidaya ikan patin sebenarnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu
jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan
kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa
dan danau sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya
permintaan dan minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di
kolam,keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan patin yang terus
meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni
usaha di bidang budidaya ikan patin ini. Dengan permintaan yang demikian
meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu
budidaya ikan patin secara lebih intesnsif.
Model Budi Daya Ikan Patin

Persyaratan Budidaya Ikan Patin
Budidaya
ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang
optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut
:
- Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budi daya ikan patin adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
- Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
- Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
- Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
- Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
- PH air berkisar antara: 6,5–7.
Teknik Budidaya Ikan Patin
A. Pembibitan Ikan Patin
Pembibitan
Ikan Patin merupakan upaya untuk mendapatkan bibit dengan kualitas yang
baik dan jumlah yang mencukupi permintaan. Cara Tradisional bibit ikan
Patin diperoleh dengan menangkap dari habitat aslinya yaitu sungai,
rawa, danau dan tempat-tempat lain. Untuk tujuan komersial bibit harus
diupayakan semaksimal mungkin dengan pembibitan di kolam. Persiapan dan
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Memilih calon induk siap pijah.
Induk
patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus
terlebih dahulu dengan pemeliharaan yang intensif. Selama pemeliharaan,
induk ikan diberi makanan khusus yang mengandung protein tinggi. Selain
itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan
induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
a. Induk betina
1. Umur tiga tahun.
2. Ukuran 1,5–2 kg.
3. Perut membesar ke arah anus.
4. Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
5. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
6. Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
7. kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b. Induk jantan
1. Umur dua tahun.
2. Ukuran 1,5–2 kg.
3. Kulit perut lembek dan tipis.
4. Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
5. Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,Biasanya ikan mas.
Hormon
perangsang dibuat dengan menggunakan kelenjar hipofise ikan mas,
kelenjar hipofise dapat ditemukan pada bagian otak ikan mas, berwarna
putih dan cukup kecil. Ambil dengan hati-hati dengan pinset. Setelah
diambil dimasukkan ke dalam tabung kecil dan ditumbuk sampai benar-benar
halus dan lebut, selanjutnya dicampur dengan air murni (aquades) yang
dapat dibeli di apotik.
3. Kawin suntik (induce breeding).
Setelah
kelenjar hipofise dicampur dengan air murni sudah siap, ambil dengan
jarum suntik dan disuntikkan pada punggung Ikan patin. Ikan patin siap
dipijahkan. Metode kawin suntik diterapkan untuk merangsang induk patin
betina mengeluarkan telur untuk selanjutnya dibuahi oleh Patin Jantan.
4. Penetasan telur.
Telur
yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari, selama
menunggu telur menetas perlu dipantau kondisi air. Ganti air sebagian
dengan air bersih dari sumur.
5. Perawatan larva.
Benih
ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium atau bak
berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, bisa dalam ukuran yang lain. Setiap
akuarium atau bak diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi.
Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator
ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih
dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air
digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana.
Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena
masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada
hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning
telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan
makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan
kutu air dan jentik nyamuk.
6. Pendederan.
Benih
Ikan patin dibesarkan pada kolam tebar atau bak dari semen, lebih bagus
pada kolam lumpur karena mengandung banyak plankton dan fitoplankton
sebagai pakan alami.
7. Pemanenan.
Benih ikan patin bisa dipanen sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
B. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan
Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin
dikonsumsi dalam berbagai ukuran, antara lain 200 gram sampai 1 kg. Masa
panen menyesuaikan dengan permintaan pasar. Ada sebagian yang lebih
senang ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6
bulan ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram.
Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi yang baik. Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:
1. Pemupukan
Pada
kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin
ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami
dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan
makanan alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk
kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m 2.
2. Pemberian Pakan
Faktor
yang cukup menentukan dalam budi daya ikan patin adalah faktor pemberia
makanan. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi
daya ikan patin adalah dari aspek kandungan gizinya, jumlah dan
frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari
(pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5%
dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah
setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat
diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil
dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan adalah Pelet
dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti kerang, keong
emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang
diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga
menghemat biaya pemeliharaan.
3. Penanganan Hama Dan Penyakit
Salah
satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan
penyakit. Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama
yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular
air, dan burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan
memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya
enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang
disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit
yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit
non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi
biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
4. Pemanenan Ikan Patin
Pemanenan
adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat
sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan
tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika budi
daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena
cara panen yang salah. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung
akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan
dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan
didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu.
Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air
yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. Pemasaran Ikan Patin
dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu
diusahakann menjual dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram
kurang lebih Rp 15.000-25.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar